Arah Strategis Baru SGRO Setelah Akuisisi Posco Internasional

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:06:36 WIB
Arah Strategis Baru SGRO Setelah Akuisisi Posco Internasional

JAKARTA - Perubahan kepemilikan menjadi titik balik penting bagi PT Sampoerna Agro Tbk. Setelah resmi berada di bawah kendali pemegang saham baru, perusahaan perkebunan kelapa sawit ini mulai memetakan arah pengembangan yang berbeda dari sebelumnya. 

Transisi ini bukan sekadar pergantian pemilik saham, tetapi juga membuka peluang strategi bisnis yang lebih luas dalam jangka panjang.

Masuknya POSCO International Corporation sebagai pengendali baru menandai babak baru bagi SGRO. Melalui anak usahanya, AGPA Pte. Ltd., POSCO mengakuisisi mayoritas saham yang sebelumnya dimiliki Grup Sampoerna. Langkah ini sekaligus mengakhiri keterlibatan Twinwood Family Holdings Limited sebagai pemegang saham utama.

Dengan struktur kepemilikan baru tersebut, SGRO kini bersiap melakukan penyesuaian strategi. Fokus perusahaan tidak lagi hanya pada aktivitas hulu kelapa sawit, tetapi juga mulai mempertimbangkan potensi sinergi bisnis yang lebih luas bersama pemegang saham barunya.

Peralihan Kepemilikan dan Dampaknya bagi Perseroan

Transaksi pengambilalihan saham SGRO dilakukan dalam skala besar. POSCO International Corporation melalui AGPA Pte. Ltd. membeli sebanyak 65,721 persen saham SGRO atau setara 1,19 miliar lembar saham. Nilai transaksi tersebut mencapai Rp9,44 triliun dengan harga Rp7.903 per saham.

Dengan akuisisi ini, POSCO kini menguasai lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia seluas sekitar 150.000 hektare. Luasan tersebut bahkan lebih dari dua kali wilayah Kota Seoul di Korea Selatan. Skala aset ini memperkuat posisi POSCO dalam rantai pasok komoditas global.

Direktur Utama Sampoerna Agro, Budi Setiawan Halim, menegaskan bahwa kehadiran pemegang saham baru akan membawa sinergi strategis. Menurutnya, arah pengembangan perusahaan ke depan akan selaras dengan visi POSCO yang memiliki kepentingan pada sektor hilir dan energi terbarukan.

“Ke depannya akan mengarah ke renewable energy business. Itu alasan kenapa Posco masuk ke Sampoerna Agro yang kami ketahui,” kata Budi dalam paparan publik, Kamis (18/12/2025).

Fokus Bisnis dan Pertimbangan Masuk Hilirisasi

Dalam beberapa tahun terakhir, SGRO sebenarnya telah melakukan kajian mendalam terkait peluang masuk ke bisnis hilir. Perusahaan memproduksi sekitar 350.000 hingga 400.000 ton crude palm oil per tahun. Volume produksi ini membuka peluang besar untuk pengembangan bisnis lanjutan.

Namun, manajemen menilai bahwa meskipun kebutuhan CPO di sektor hilir cukup tinggi, margin keuntungan bisnis downstream cenderung lebih kecil dibandingkan sektor hulu. Pertimbangan ini membuat SGRO sebelumnya memilih untuk tetap fokus pada kegiatan upstream.

Dengan hadirnya pemegang saham baru, kajian tersebut berpotensi mengalami penyesuaian. Sinergi dengan POSCO memungkinkan SGRO mempertimbangkan kembali strategi yang lebih terintegrasi, termasuk peluang di sektor energi terbarukan yang berbasis komoditas sawit.

Meski demikian, manajemen menegaskan bahwa setiap keputusan strategis akan dilakukan secara bertahap dan mempertimbangkan keberlanjutan bisnis jangka panjang. Fokus utama tetap pada optimalisasi aset dan peningkatan kinerja operasional.

Belanja Modal dan Kinerja Keuangan Terkini

Dari sisi investasi, SGRO telah menganggarkan belanja modal pada kisaran Rp400 miliar hingga Rp500 miliar untuk tahun berjalan. Hingga September 2025, realisasi capex telah mencapai sekitar Rp230 miliar. Manajemen optimistis realisasi belanja modal dapat mendekati Rp400 miliar hingga akhir tahun.

Direktur Sampoerna Agro, Heri Harjanto, menyampaikan bahwa anggaran belanja modal untuk tahun depan masih dalam tahap finalisasi. Namun, ia mengindikasikan bahwa nilai capex 2026 kemungkinan lebih tinggi dibandingkan tahun ini, seiring rencana pengembangan perusahaan.

Dari sisi kinerja, hingga September 2025 total pendapatan SGRO tumbuh 37 persen secara tahunan menjadi Rp4,6 triliun. Pendapatan dari penjualan CPO meningkat 28 persen menjadi Rp3,5 triliun, didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata dan volume penjualan.

Pendapatan dari palm kernel juga mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 111 persen secara tahunan. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan harga jual rata-rata serta volume penjualan yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.

Prospek Produksi dan Outlook Harga CPO

Produksi tandan buah segar SGRO menunjukkan perbaikan signifikan sepanjang sembilan bulan 2025. Total produksi TBS meningkat 13 persen menjadi 1,2 juta ton. Peningkatan ini terjadi seiring meredanya dampak El Nino yang sebelumnya menekan produksi.

Produksi dari kebun inti naik 12 persen, sementara produksi dari plasma dan pihak ketiga meningkat 16 persen. Kondisi ini memberikan sinyal positif bagi keberlanjutan pasokan bahan baku perusahaan.

Ke depan, SGRO memperkirakan harga CPO akan tetap solid dalam enam bulan mendatang. Permintaan yang kuat menjelang Ramadan serta musim produksi yang relatif lemah pada awal 2026 diperkirakan menopang harga.

Selain itu, implementasi lanjutan program B50 di Indonesia juga dinilai berpotensi mendukung stabilitas harga CPO. Dengan kombinasi faktor tersebut, SGRO optimistis dapat menjaga kinerja positif sembari menyiapkan arah bisnis baru pasca perubahan kepemilikan.

Terkini

17 Makanan Khas Dari Indonesia Yang Mendunia, Mesti Bangga!

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:37:31 WIB

15 Tempat Wisata di Medan yang Lagi Hits, Wajib Coba!

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:37:31 WIB

Cara Mengembalikan Akun TikTok yang Hilang dengan Mudah

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:37:30 WIB

Cara Tepat Kompres Saat Demam Agar Tubuh Cepat Pulih

Jumat, 19 Desember 2025 | 14:52:43 WIB

Kenali Gejala Rosacea dan Cara Tepat Merawat Kulit Sensitif

Jumat, 19 Desember 2025 | 14:52:42 WIB