JAKARTA - Kebiasaan langsung mengambil ponsel saat merasa bosan kini menjadi refleks bagi banyak orang.
Sedikit jeda tanpa aktivitas sering kali langsung diisi dengan menggulir media sosial, membaca pesan, atau menonton video singkat. Padahal, momen tanpa distraksi tersebut sebenarnya semakin jarang ditemui dalam kehidupan modern.
Di tengah era serba layar, rasa bosan kerap dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari. Banyak orang merasa tidak nyaman ketika tidak ada rangsangan yang bisa mengalihkan perhatian. Namun, pandangan ini justru bertolak belakang dengan temuan para psikolog dan ahli saraf.
Para ahli menyebutkan bahwa kebosanan memiliki fungsi penting bagi otak manusia. Kondisi ini bukan tanda kemalasan atau kurang produktif, melainkan bagian alami dari cara kerja otak. Dalam situasi tertentu, bosan justru dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan mental.
Alih-alih langsung membuka ponsel, memberi ruang pada rasa bosan dapat memberikan manfaat tersembunyi. Penjelasan ilmiah menunjukkan bahwa otak bekerja dengan cara berbeda saat tidak dibanjiri rangsangan. Dari sinilah berbagai proses penting dapat terjadi secara alami.
Apa yang Terjadi di Otak Saat Bosan
Secara sederhana, bosan muncul ketika otak tidak memiliki rangsangan eksternal untuk difokuskan. Dalam kondisi ini, otak tidak berhenti bekerja, melainkan beralih ke mode internal. Hal tersebut dijelaskan oleh Kim Johnson Hatchett, MD, ahli saraf di Kansas City.
Menurut Hatchett, ketika seseorang bosan, otak mulai memproses pikiran ke dalam. Kondisi ini memungkinkan munculnya refleksi diri, ingatan masa lalu, hingga bayangan tentang masa depan. Aktivitas mental tersebut berjalan tanpa campur tangan dunia luar.
Ahli saraf dari University of Tasmania, Lila Landowski, menjelaskan bahwa pada saat bosan otak memasuki kondisi yang disebut default mode network. Pada fase ini, otak berhenti memproses rangsangan eksternal dan lebih aktif pada pikiran internal.
Riset yang diterbitkan dalam jurnal Neuron menunjukkan bahwa default mode network paling aktif ketika seseorang terjaga dalam kondisi tenang. Saat fase ini berlangsung, tubuh memasuki keadaan lebih rileks secara alami.
Hubungan Bosan dengan Hormon dan Emosi
Ketika otak berada dalam default mode network, sejumlah perubahan fisiologis terjadi. Hormon stres seperti adrenalin dan kortisol cenderung menurun. Detak jantung melambat dan tubuh berada dalam kondisi lebih santai.
Namun, ada efek lain yang juga muncul, yaitu penurunan dopamin. Dopamin merupakan zat kimia otak yang berkaitan dengan motivasi dan rasa senang. Karena tidak ada rangsangan, kadar dopamin ikut turun.
Penurunan dopamin inilah yang membuat rasa bosan terasa tidak nyaman. Seseorang menjadi gelisah dan terdorong untuk segera mencari aktivitas. Inilah alasan mengapa ponsel sering menjadi pelarian tercepat.
Dorongan untuk segera menghilangkan bosan sebenarnya adalah respons alami otak. Namun, jika selalu ditutup dengan distraksi instan, otak tidak mendapat kesempatan untuk beristirahat secara optimal.
Manfaat Bosan bagi Pikiran dan Kreativitas
Sejumlah ahli menilai bahwa bosan justru dibutuhkan manusia. Profesor manajemen Harvard yang menulis di Harvard Business Review, Arthur C. Brooks, menyebutkan bahwa kebosanan membantu menenangkan pikiran. Kondisi ini membuka jalan menuju hidup yang lebih bermakna.
Kim Johnson Hatchett juga menegaskan bahwa memberi ruang tanpa gangguan memungkinkan otak melakukan reset. Tanpa paparan media sosial, berita, atau notifikasi, pikiran dapat kembali ke ritme yang lebih sehat.
Berbagai studi mengaitkan kebosanan dengan kreativitas. Tinjauan ilmiah di Current Opinion in Behavioral Sciences menunjukkan bahwa melamun dan mind-wandering berperan dalam munculnya ide-ide baru.
Penelitian lain dalam jurnal Creativity menemukan bahwa orang yang diberi waktu tanpa distraksi cenderung menghasilkan gagasan yang lebih kreatif. Banyak ide besar justru muncul ketika otak tidak dipaksa untuk terus fokus.
Lila Landowski bahkan berpendapat bahwa kebosanan mungkin berperan dalam perkembangan peradaban manusia. Saat otak tidak sibuk dengan rangsangan, ruang untuk imajinasi dan inovasi menjadi lebih terbuka.
Bosan yang Sehat dan Perlu Diwaspadai
Selain mendukung kreativitas, kebosanan juga membantu melatih kesadaran diri. Psikolog klinis Julian Saad menjelaskan bahwa duduk tanpa melakukan apa pun membantu seseorang lebih hadir di momen saat ini. Emosi dapat dikenali dan dikelola dengan lebih sehat.
Namun, kebosanan tidak selalu berdampak positif bagi semua orang. Bagi individu dengan trauma, kecemasan berat, OCD, atau kecenderungan depresi, kondisi tanpa distraksi bisa memicu pikiran negatif berlebihan.
Psikolog Kate Cummins menilai bahwa kebosanan yang berlangsung terlalu lama dapat menyerupai anhedonia. Kondisi ini ditandai dengan hilangnya rasa senang dalam aktivitas sehari-hari dan sering dikaitkan dengan depresi.
Jika rasa bosan berubah menjadi perasaan hampa, terputus dari kehidupan, atau menghambat aktivitas penting, hal tersebut patut diwaspadai. Dalam kondisi seperti ini, bantuan profesional sangat disarankan.
Untuk mempraktikkan kebosanan secara sehat, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan. Membatasi penggunaan layar saat berkendara, berjalan kaki, atau mengerjakan pekerjaan rumah dapat menjadi langkah awal.
Duduk diam selama beberapa menit tanpa gangguan juga bisa dicoba. Mengamati sensasi tubuh dan pikiran tanpa menghakimi membantu mengenali kebutuhan diri. Dengan pendekatan ini, bosan tidak lagi menjadi musuh, melainkan ruang pemulihan bagi otak.