JAKARTA - Sorotan publik tertuju pada Muhammad Zaki Zikrillah Prasong usai keberhasilannya mengharumkan nama Indonesia di SEA Games 2025.
Atlet pencak silat tersebut sukses menyumbangkan medali emas yang bernilai prestasi sekaligus bonus fantastis dari pemerintah. Namun, di balik pencapaian itu, Zaki justru menyampaikan sikap yang terbilang sederhana dan realistis.
Alih alih terlena dengan hadiah besar, Zaki memilih memikirkan masa depan jangka panjang. Ia menyadari bahwa karier atlet memiliki batas waktu dan tidak selamanya dapat dijadikan sandaran hidup. Sikap ini menunjukkan kedewasaan Zaki dalam menyikapi kesuksesan yang diraih di usia relatif muda.
Keputusan tersebut membuat kisah Zaki tidak hanya tentang medali emas. Cerita ini juga berbicara mengenai perencanaan hidup, tanggung jawab kepada keluarga, serta pandangan jujur seorang atlet nasional tentang realitas karier olahraga di Indonesia.
Emas Kedua Zaki Di Ajang SEA Games
Muhammad Zaki Zikrillah Prasong kembali mencatatkan namanya dalam daftar peraih emas SEA Games. Pada edisi 2025, ia tampil sebagai juara di cabang olahraga pencak silat kelas C 55 sampai 60 kilogram.
Medali emas ini menjadi yang kedua bagi Zaki di ajang SEA Games. Sebelumnya, ia juga meraih emas pada SEA Games 2023, meski turun di kelas berbeda yakni 50 sampai 55 kilogram.
Kepastian emas SEA Games 2025 diraih Zaki setelah memenangkan pertandingan final dengan status walk over. Lawannya, pesilat tuan rumah Tinnapat Janjaroen, tidak dapat melanjutkan pertandingan di Impact Arena, Nonthaburi.
Kemenangan tersebut sekaligus menegaskan konsistensi Zaki di level Asia Tenggara. Ia membuktikan mampu bersaing dan tetap berada di puncak performa meski menghadapi tekanan sebagai atlet unggulan.
Bonus Fantastis Tidak Mengubah Cara Pandang
Keberhasilan merebut emas membuat Zaki berhak menerima bonus sebesar Rp1 miliar. Bonus tersebut merupakan janji pemerintah Indonesia kepada atlet peraih medali emas sebelum keberangkatan ke SEA Games 2025.
Nominal bonus yang besar tentu menjadi perhatian banyak pihak. Namun bagi Zaki, uang tersebut bukan alasan untuk berhenti berpikir realistis tentang masa depan.
Meski mengaku bersyukur, Zaki menegaskan tidak ingin bergantung sepenuhnya pada bonus dan karier atlet. Ia menyadari bahwa pencak silat memiliki jumlah kejuaraan yang terbatas dan tidak menjamin pemasukan berkelanjutan.
“Sepertinya mau cari kerja dulu, karena usia semakin naik. Jadi atlet kan tidak bisa selamanya. Bonus besar ujungnya pasti akan habis juga,” kata Zaki kepada wartawan saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (19/12/2025).
Pernyataan tersebut mencerminkan pandangan dewasa seorang atlet yang memahami batas karier olahraga. Zaki memilih bersiap sejak dini dibanding menunggu masa sulit datang.
Keputusan Menyerahkan Bonus Kepada Orang Tua
Zaki telah menentukan sikap terkait bonus Rp1 miliar yang akan diterimanya. Ia menyatakan bahwa uang tersebut akan diserahkan sepenuhnya kepada orang tuanya.
Keputusan ini diambil sebagai bentuk bakti dan rasa terima kasih atas dukungan keluarga selama ini. Zaki menilai peran orang tua sangat besar dalam perjalanan kariernya sebagai atlet pencak silat.
“Kalau dari saya Alhamdulillah, tapi yang terpenting saya serahkan kepada orangtua,” ujar Zaki.
Setelah SEA Games 2025, fokus utama Zaki adalah mencari pekerjaan tetap. Ia ingin memiliki penghasilan yang lebih stabil untuk menunjang kehidupan jangka panjang.
Meski demikian, Zaki menegaskan belum sepenuhnya meninggalkan dunia pencak silat. Ia tetap ingin menjaga kariernya sebagai atlet sambil mempersiapkan masa depan di luar arena pertandingan.
Antara Karier Atlet Dan Kepastian Masa Depan
Di tengah rencana mencari pekerjaan, Zaki masih memiliki ambisi besar di dunia olahraga. Ia bertekad terus berlatih dan berharap bisa tampil di ajang yang lebih tinggi seperti Asian Games hingga Olimpiade.
Namun, realitas sebagai atlet membuat Zaki harus berpikir dua langkah ke depan. Usianya yang kini menginjak 24 tahun menjadi pertimbangan utama untuk mulai menata kehidupan setelah masa keemasan atlet berlalu.
Sebagai peraih medali emas SEA Games 2023, Zaki sebenarnya memiliki peluang untuk menjadi aparatur sipil negara. Kesempatan tersebut sempat muncul, namun hingga kini belum terealisasi.
“Ya, ada (tawaran ASN). Cuma kan nunggu yang kemarin waktu SEA Games Kamboja katanya mau diangkat jadi ASN, tapi belum ada sampai sekarang,” tegas Zaki.
Kondisi ini membuat Zaki tidak ingin menunggu kepastian terlalu lama. Ia memilih proaktif mencari pekerjaan lain tanpa meninggalkan komitmen sebagai atlet nasional.
Kisah Zaki Zikrillah di SEA Games 2025 menjadi gambaran nyata bahwa prestasi olahraga dan perencanaan hidup harus berjalan beriringan. Di balik medali emas dan bonus besar, terdapat sikap rendah hati serta kesadaran akan pentingnya masa depan yang lebih pasti.