Permintaan Batu Bara Dunia Memuncak Tahun Ini Lalu Diproyeksi Melandai

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:27:59 WIB
Permintaan Batu Bara Dunia Memuncak Tahun Ini Lalu Diproyeksi Melandai

JAKARTA - Permintaan batu bara global tengah berada di persimpangan penting. 

Pada satu sisi, komoditas ini masih menjadi tulang punggung pembangkit listrik di berbagai negara. Namun di sisi lain, arah kebijakan energi dunia perlahan bergerak menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Badan Energi Internasional atau IEA mencatat bahwa permintaan batu bara dunia mencapai titik tertinggi pada tahun 2025. Meski demikian, tren tersebut diperkirakan tidak akan bertahan lama. Dalam jangka menengah hingga akhir dekade, konsumsi global diprediksi mulai melandai seiring meningkatnya peran energi terbarukan, tenaga nuklir, dan gas alam.

Perubahan ini mencerminkan upaya global untuk menyeimbangkan kebutuhan energi dengan komitmen penurunan emisi karbon. Meski batu bara masih dominan, arah kebijakan dan teknologi mulai membentuk lanskap energi yang berbeda dari satu dekade sebelumnya.

Rekor Permintaan Batu Bara Masih Terjadi Tahun Ini

Mengutip laporan Batubara 2025 IEA yang dilansir Reuters pada Rabu, permintaan batu bara dunia diperkirakan meningkat tipis sebesar 0,5 persen pada tahun 2025. Angka ini mendorong total konsumsi global mencapai rekor sekitar 8,85 miliar metrik ton.

Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa batu bara masih memiliki peran besar dalam menopang kebutuhan listrik global. Banyak negara berkembang masih mengandalkan batu bara karena ketersediaannya yang relatif stabil dan biaya yang kompetitif dibandingkan beberapa sumber energi lainnya.

Namun, IEA menilai bahwa lonjakan ini lebih bersifat sementara. Peningkatan kapasitas energi terbarukan di berbagai negara mulai menekan laju pertumbuhan permintaan batu bara, terutama untuk pembangkit listrik.

“Ke depan, kami mengamati bahwa permintaan batu bara global akan mencapai titik stabil dan akan mulai menurun secara perlahan dan bertahap hingga akhir dekade ini,” kata Keisuke Sadamori, direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA, dalam konferensi pers.

India Jadi Faktor Penting Perubahan Tren Konsumsi

Salah satu perubahan signifikan dalam peta permintaan batu bara tahun ini datang dari India. Negara yang dikenal sebagai salah satu konsumen batu bara terbesar dunia justru mengalami penurunan konsumsi, sebuah kondisi yang jarang terjadi.

Penurunan ini tercatat hanya terjadi tiga kali dalam lima puluh tahun terakhir. Faktor utama penyebabnya adalah musim hujan yang sangat intens, yang meningkatkan produksi listrik dari pembangkit tenaga air dan menekan kebutuhan pembangkit berbahan bakar batu bara.

Kondisi tersebut memperlihatkan bagaimana faktor alam dan iklim dapat memengaruhi pola konsumsi energi suatu negara. Lonjakan produksi listrik tenaga air membuat pasokan listrik lebih beragam dan mengurangi ketergantungan pada batu bara.

Perubahan tren di India turut memengaruhi proyeksi global. Penurunan konsumsi dari negara dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi pesat ini memberi sinyal bahwa transisi energi mulai memberikan dampak nyata.

Peran China Masih Menentukan Arah Global

Di sisi lain, China tetap menjadi aktor paling menentukan dalam dinamika permintaan batu bara dunia. Negara ini tercatat mengonsumsi lebih banyak batu bara dibandingkan gabungan konsumsi seluruh negara lain di dunia.

IEA mencatat bahwa konsumsi batu bara China relatif stabil pada tahun ini. Namun, dalam proyeksi jangka panjang hingga 2030, permintaan di negara tersebut diperkirakan akan menurun secara bertahap seiring bertambahnya kapasitas energi terbarukan.

Meski demikian, proyeksi tersebut masih menyisakan ruang ketidakpastian. Jika pertumbuhan permintaan listrik China lebih cepat dari perkiraan atau integrasi energi terbarukan berjalan lebih lambat, konsumsi batu bara bisa kembali meningkat.

“China mengonsumsi 30 persen lebih banyak batu bara daripada seluruh dunia jika digabungkan, adalah pendorong utama tren batu bara global,” ujar Sadamori. Pernyataan ini menegaskan betapa besar pengaruh kebijakan energi China terhadap pasar global.

Dengan posisi tersebut, setiap perubahan kebijakan atau kondisi ekonomi di China berpotensi menggeser arah permintaan batu bara dunia secara signifikan.

Amerika Serikat dan Dinamika Kebijakan Energi

Sementara itu, dinamika berbeda terjadi di Amerika Serikat. Konsumsi batu bara di negara ini justru meningkat dalam periode terakhir, didorong oleh kenaikan harga gas alam yang membuat pembangkit batu bara kembali kompetitif.

Selain faktor harga, kebijakan politik juga berperan. Presiden Donald Trump pada tahun ini menandatangani perintah eksekutif untuk menyelamatkan sejumlah pembangkit listrik tenaga batu bara yang sebelumnya berpotensi dipensiunkan.

Langkah tersebut bertujuan menjaga kapasitas pembangkit domestik sekaligus mendorong produksi batu bara nasional. Kebijakan ini menunjukkan bahwa pertimbangan ketahanan energi dan ekonomi masih menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan.

Meski demikian, dalam konteks global, peningkatan konsumsi batu bara di Amerika Serikat dinilai tidak cukup besar untuk membalikkan tren penurunan jangka panjang. Transisi energi secara keseluruhan tetap bergerak menuju sumber yang lebih rendah emisi.

Dengan berbagai dinamika tersebut, batu bara diperkirakan masih akan memainkan peran penting dalam sistem energi global dalam beberapa tahun ke depan. Namun, dominasinya perlahan akan berkurang seiring perubahan kebijakan, teknologi, dan kesadaran terhadap isu iklim.

Terkini

Spesifikasi POCO F6 5G dan Harga Terbaru Desember 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:10:08 WIB

Trik Memasak Soto Ayam Agar Kuah Tetap Segar Tahan Lama

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:17:53 WIB

Resep Stik Kentang Keju Renyah Awet Tahan Lama Gurih

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:14:15 WIB