Sektor Panas Bumi Tetap Tangguh di Tengah Tantangan Ekonomi Global, Pemerintah Perkuat Komitmen Transisi Energi Berkelanjutan

Minggu, 11 Mei 2025 | 08:29:28 WIB
Sektor Panas Bumi Tetap Tangguh di Tengah Tantangan Ekonomi Global, Pemerintah Perkuat Komitmen Transisi Energi Berkelanjutan

JAKARTA - Di tengah gejolak ekonomi global yang berdampak luas terhadap berbagai sektor industri, sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT), khususnya panas bumi (geothermal), justru menunjukkan ketahanan yang signifikan dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan. Ketangguhan ini menjadi sinyal kuat bahwa investasi di sektor EBT bukan hanya pilihan strategis, tetapi juga solusi jangka panjang bagi ketahanan energi nasional dan perlindungan lingkungan.

Seiring dengan tekanan ekonomi dunia yang masih belum sepenuhnya pulih pasca pandemi COVID-19, perang dagang, serta ketidakpastian geopolitik, banyak sektor energi fosil mengalami volatilitas tinggi, baik dari sisi suplai maupun harga. Namun, sektor EBT, terutama panas bumi, terus menunjukkan geliat pertumbuhan positif. Hal ini didukung oleh komitmen kuat pemerintah Indonesia dalam mendorong transisi energi menuju sistem yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan.

Panas Bumi: Aset Strategis dalam Peta Energi Nasional

Panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat potensial di Indonesia. Negara ini dikenal sebagai wilayah dengan cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Potensi teknis panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 23,9 gigawatt (GW), namun baru sekitar 2.385 megawatt (MW) yang telah dimanfaatkan hingga saat ini.

Melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan kebijakan nasional lainnya, pemerintah menargetkan kontribusi panas bumi dalam bauran energi nasional mencapai sekitar 7.200 MW pada tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan percepatan investasi dan pengembangan proyek-proyek panas bumi di berbagai wilayah Indonesia.

Seorang pejabat di sektor energi menyampaikan bahwa sektor panas bumi telah terbukti lebih tahan terhadap tekanan pasar global, karena mengandalkan sumber daya lokal dan memiliki struktur biaya operasi yang relatif stabil.

“Panas bumi adalah energi domestik yang tidak bergantung pada fluktuasi harga bahan bakar global. Ini menjadi salah satu alasan mengapa sektor ini tetap tangguh meski perekonomian dunia tengah bergejolak,” ujarnya.

Investasi Panas Bumi Dinilai Prospektif dan Menjanjikan

Dari sisi investasi, minat investor terhadap sektor panas bumi masih sangat tinggi, baik dari pelaku dalam negeri maupun internasional. Pemerintah pun telah menerbitkan sejumlah regulasi yang memberikan kepastian hukum dan insentif fiskal bagi pengembang energi panas bumi. Hal ini mencakup kemudahan perizinan, skema pembiayaan, hingga tarif jual beli listrik (feed-in tariff) yang kompetitif.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong masuknya investor untuk terlibat dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya panas bumi di Indonesia. Beberapa proyek besar bahkan telah masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk pengembangan wilayah kerja panas bumi (WKP) baru di Sulawesi, Sumatera, dan Nusa Tenggara.

“Dengan dukungan regulasi yang progresif dan komitmen pemerintah yang jelas, sektor ini menjadi lebih menarik bagi investor. Di samping itu, investor juga semakin menyadari pentingnya pengalihan portofolio ke energi rendah karbon seperti panas bumi,” jelas narasumber tersebut.

Transisi Energi: Prioritas Nasional Menuju Net Zero Emissions 2060

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmen kuatnya untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Untuk itu, pengembangan EBT, termasuk panas bumi, menjadi prioritas utama dalam kebijakan energi nasional. Kementerian ESDM menargetkan porsi EBT dalam bauran energi nasional mencapai 23 persen pada tahun 2025 dan meningkat menjadi lebih dari 30 persen pada 2050.

Sektor panas bumi diyakini akan memainkan peran kunci dalam pencapaian target tersebut, karena merupakan sumber energi yang stabil (baseload) dan ramah lingkungan. Berbeda dengan sumber EBT lain seperti surya dan angin yang sifatnya intermiten, panas bumi mampu menyediakan listrik secara kontinu tanpa tergantung kondisi cuaca.

“Panas bumi menjadi tulang punggung dalam transisi energi Indonesia. Ini bukan hanya soal mitigasi perubahan iklim, tapi juga soal ketahanan energi nasional. Kita butuh sumber energi yang dapat diandalkan sepanjang waktu, dan panas bumi memenuhi kriteria itu,” jelas pejabat dari Kementerian ESDM.

Tantangan dan Strategi Percepatan

Meski memiliki prospek cerah, pengembangan panas bumi masih menghadapi sejumlah tantangan teknis dan non-teknis. Salah satu tantangan utama adalah tingginya risiko pada tahap eksplorasi yang membutuhkan investasi besar dengan ketidakpastian hasil. Selain itu, persoalan tumpang tindih lahan, perizinan lintas sektor, serta hambatan pembiayaan masih menjadi isu yang harus diatasi.

Sebagai solusi, pemerintah telah mengembangkan berbagai skema mitigasi risiko, termasuk penyediaan pendanaan awal dari APBN untuk eksplorasi, dukungan pembiayaan dari lembaga multilateral, dan keterlibatan BUMN sebagai katalis pengembangan proyek. Pemerintah juga membuka peluang kerja sama publik-swasta (PPP) untuk mempercepat pembangunan proyek-proyek panas bumi.

“Pemerintah menyadari bahwa investor membutuhkan kepastian dan dukungan konkret. Oleh karena itu, kami terus menyempurnakan kebijakan agar ekosistem investasi panas bumi menjadi lebih kompetitif,” terang seorang perwakilan dari Ditjen EBTKE Kementerian ESDM.

Potensi Dampak Sosial dan Ekonomi

Selain manfaat lingkungan, pengembangan panas bumi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar, terutama di daerah-daerah penghasil. Proyek panas bumi membuka lapangan kerja, mendorong pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan pendapatan daerah. Beberapa proyek bahkan telah melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan penyangga, pendidikan, hingga program pengembangan ekonomi berbasis komunitas.

“Panas bumi tidak hanya membawa listrik, tetapi juga membawa perubahan sosial. Kami ingin memastikan bahwa manfaat dari sektor ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar,” tambahnya.

Sektor Strategis Masa Depan

Ketangguhan sektor panas bumi di tengah krisis ekonomi global menjadi bukti bahwa energi terbarukan adalah masa depan. Dengan cadangan besar, dukungan kebijakan pemerintah, serta kesadaran global terhadap pentingnya energi hijau, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama panas bumi dunia.

Ke depan, percepatan pengembangan panas bumi tidak hanya akan mendukung agenda transisi energi, tetapi juga menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi hijau yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Terkini

City Gas Tour 2025 PGN Perluas Akses Energi Bersih

Kamis, 18 September 2025 | 09:31:30 WIB

Keunggulan Kelapa Sawit Unggul Dibanding Minyak Nabati Lain

Kamis, 18 September 2025 | 09:31:28 WIB

Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

Kamis, 18 September 2025 | 09:31:27 WIB

Jadwal Pemadaman Listrik Jogja 18 Sampai 20 September 2025

Kamis, 18 September 2025 | 09:31:26 WIB

Jadwal Pemadaman Listrik Pekalongan Batang 18 September 2025

Kamis, 18 September 2025 | 09:31:25 WIB