Kendaraan Listrik di Indonesia: Solusi Ramah Lingkungan yang Masih Terkendala Harga Tinggi

Senin, 14 April 2025 | 13:15:59 WIB
Kendaraan Listrik di Indonesia: Solusi Ramah Lingkungan yang Masih Terkendala Harga Tinggi

JAKARTA - Dalam era kemajuan teknologi yang begitu pesat, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) muncul sebagai simbol transformasi industri transportasi dunia, termasuk di Indonesia. Namun, meskipun inovasi ini dianggap sebagai solusi ramah lingkungan terhadap krisis iklim dan ketergantungan terhadap energi fosil, adopsi kendaraan listrik di Tanah Air masih menghadapi sejumlah tantangan serius, khususnya dalam aspek harga.

Perkembangan Kendaraan Listrik di Tengah Laju Modernisasi

Kemajuan zaman telah melahirkan berbagai inovasi teknologi, salah satunya adalah kendaraan listrik yang kini mulai menjadi perhatian publik secara global. Di Indonesia, kendaraan listrik mulai mendapat sorotan sebagai alternatif transportasi yang lebih bersih dan efisien. Pemerintah pun telah menunjukkan komitmen kuat melalui sejumlah kebijakan untuk mendukung transisi menuju era elektrifikasi.

Namun demikian, meskipun dukungan kebijakan telah digulirkan, adopsi kendaraan listrik di masyarakat masih jauh dari optimal. Hal ini dibuktikan dengan data Kementerian Perhubungan yang menunjukkan bahwa jumlah kendaraan listrik masih sangat kecil dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) konvensional.

Masih Terbatas: Penggunaan Kendaraan Listrik oleh Masyarakat

Saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengandalkan kendaraan berbahan bakar minyak, terutama sepeda motor dan mobil bermesin konvensional. Ketersediaan infrastruktur yang belum merata dan kurangnya edukasi terhadap kendaraan listrik menjadi alasan utama rendahnya adopsi kendaraan ini di berbagai daerah, khususnya di luar Pulau Jawa.

Namun di balik itu, tantangan paling signifikan yang masih membayangi pertumbuhan pasar kendaraan listrik adalah tingginya harga jual. Dibandingkan kendaraan konvensional, kendaraan listrik masih dianggap mahal oleh sebagian besar masyarakat kelas menengah ke bawah di Indonesia.

Harga Baterai dan Komponen Jadi Masalah Utama

Menurut Faturrochman dan Yaasiin (2024), harga jual kendaraan listrik yang tinggi disebabkan oleh penggunaan komponen utama seperti baterai lithium dan teknologi lain yang masih sulit diproduksi di dalam negeri. “Kendaraan listrik memiliki harga jual yang lebih tinggi karena adanya penggunaan baterai lithium serta beberapa komponen yang kompleks dan belum dapat diproduksi secara massal di Indonesia,” tulis mereka dalam risetnya.

Harga baterai lithium sendiri menyumbang sekitar 30–40 persen dari total biaya produksi kendaraan listrik. Karena teknologi ini masih sangat bergantung pada impor, harga kendaraan menjadi tidak kompetitif bila dibandingkan dengan kendaraan konvensional.

Dilema Ekonomi dan Lingkungan

Dari sisi ekonomi, masyarakat masih mempertimbangkan nilai investasi jangka panjang ketika membeli kendaraan listrik. Meskipun biaya operasional kendaraan listrik (biaya pengisian ulang energi) jauh lebih murah dibandingkan dengan pengisian BBM, tingginya harga awal membuat banyak konsumen menahan diri.

Namun dari sisi lingkungan, kendaraan listrik jelas memberikan dampak positif. Dengan emisi karbon yang sangat rendah bahkan nyaris nol, kendaraan listrik dianggap sebagai solusi transportasi masa depan yang dapat mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca.

Dukungan Pemerintah dan Insentif

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Perhubungan telah menggulirkan berbagai insentif. Di antaranya adalah pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), insentif bea masuk untuk komponen kendaraan listrik, serta subsidi langsung untuk pembelian kendaraan listrik roda dua.

Bahkan pada 2023, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah menargetkan dua juta unit kendaraan listrik beroperasi di Indonesia pada tahun 2030. “Kita ingin menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Itu bukan mustahil jika semua pihak, termasuk industri, pemerintah, dan masyarakat bersinergi,” ujar Presiden dalam peresmian fasilitas produksi baterai EV di Karawang.

Tantangan Infrastruktur

Namun tak bisa dipungkiri, selain harga, infrastruktur pengisian ulang (charging station) juga menjadi faktor penting yang memengaruhi minat masyarakat. Hingga akhir 2024, jumlah SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) di Indonesia masih terbatas, dan sebagian besar terkonsentrasi di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali.

Kondisi ini membuat banyak masyarakat di daerah enggan beralih ke kendaraan listrik karena khawatir akan kesulitan dalam mengisi ulang daya kendaraan mereka.

Upaya Produksi Lokal dan Masa Depan Kendaraan Listrik

Untuk mengurangi ketergantungan pada komponen impor, pemerintah mendorong investasi dalam industri baterai nasional, salah satunya melalui konsorsium BUMN dan investor asing. Proyek hilirisasi nikel di Sulawesi yang dipakai sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik menjadi langkah awal penting dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang mandiri.

Sejumlah produsen otomotif pun mulai merakit kendaraan listrik di dalam negeri, seperti Hyundai dan Wuling, serta pabrikan lokal seperti Gesits yang memproduksi sepeda motor listrik.

Kendaraan listrik adalah masa depan transportasi global dan Indonesia sedang berada di jalur menuju transisi energi bersih. Namun, sejumlah hambatan seperti harga yang tinggi, keterbatasan infrastruktur, dan ketergantungan terhadap impor komponen masih menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.

Dengan komitmen kuat dari pemerintah, kolaborasi industri, dan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap isu lingkungan, kendaraan listrik diyakini dapat menjadi pilihan utama transportasi dalam satu dekade mendatang.

Terkini

Pinjaman Bank Mandiri: Keuntungan, Syarat dan Biayanya

Rabu, 17 September 2025 | 23:29:36 WIB

Cara Menabung di BCA: Panduan Lengkap untuk Pemula

Rabu, 17 September 2025 | 23:29:35 WIB

10 Asuransi Terbaik Di Dunia 2025

Rabu, 17 September 2025 | 23:29:34 WIB